Saturday, December 16, 2006

Kancilen (1)

Betapa menjengkelkannya terbangun pada dini hari karena suara pintu diketuk keras. Aku beranjak dari kamar menuju pintu depan. Sial! Ternyata apartemen depan. Seharusnya aku mengingat dengan baik bahwa mengetuk pintu keras-keras pada dini hari hanya lazim dilakukan oleh orang Mesir. Dengan cara inilah kami bisa membedakan siapa yang berada di muka rumah kita; orang Mesirkah atau sesama Indonesia?

Baiklah. Aku tidak sedang ingin bercerita tentang cara mengetuk pintu yang baik dan benar. Yang jelas aku terbangun pada jam dua dini hari dan harus melakukan sesuatu untuk dikerjakan. Oh, kenapa tak tidur lagi katamu? Aku nokturnal pengidap insomnia dosis rendah. Merebahkan diri hanya akan membuatku setengah tidur dan gelisah.

Aku belum makan. Segera ke dapur dan menemukan masih ada sayur untuk disantap. Aku tahu Husnul yang masak. Karena tadi lagi nonton Alexander karya Oliver Stone di Star Movie, aku enggan mengambil jatah. Iya, sebab di Star Movie tak ada iklan di sela-sela film diputar. Rasanya malas melewatkan beberapa menit meski film itu tak terlalu menarik.

Lalu aku makan. Sayur dan telor goreng menemani semangkuk nasi porsi besar. Sembari makan menyalakan komputer di kamar Masari. Ugh! Seandainya ini bukan hari Sabtu, besar kemungkinan aku bisa menyapa dia sekarang. Makan selesai. Apalagi yang bisa dikerjakan? Oia, aku tadi mulai membuka The Sufi Path of Knowledge-nya William C. Chittick. Versi Indonesia sih, tapi rasanya lumayan enak dibaca. Buku itu membahas tentang hermenuetika Al-Quran menurut Ibn Al-'Araby. Yang bikin buku ini asyik karena Chittick banyak mengulas ajaran Ibn Al-'Araby yang termaktub dalam Futuhat Al-Makkiyah. Bagi mereka yang memiliki kemampuan bahasa Arab pas-pasan [kayak saya :D] karya Chittick lumayan membantu sebagai 'pengantar' sebelum menikmati teks aslinya. Dulu aku langsung klenger ketika melihat dengan mata kepala sendiri (sebelumnya cuma nguping) edisi cetak Futuhat yang puluhan jilid. Isinya sekitar 560 bab dengan pembahasan yang pelik dan bahasa yang njlimet. Wah, bisa-bisa sampai habis usia cuma habis untuk mengkhatamkan Futuhat dong? :P

(Di luar suara anjing-anjing menggonggong. Di sini aku masih belum ngantuk. Dia belum nongol juga. Apa langsung berangkat ke kampus ya?)

Catatan:
1. Kancilen (Jawa) berasal dari kata kancil. Istilah kancilen digunakan untuk menunjukkan sebuah kondisi di mana seseorang terbangun dan susah untuk tidur lagi. Istilah ini saya dapatkan dari seorang kawan sangat baik (jadi maksudmu ada kawan yang sangat tidak baik gitu??)

2. Jo, aku kangen.

1 comment:

Anonymous said...

setahu saya kancilen itu artinya adalah kalau kita di siang hari tidur (nap) lama sekali, dan oleh karenanya di malam hari jadi sulit tidur (karena sudah kenyang tidur di siang hari).