Saturday, October 18, 2008

Kutipan Hari Ini

"It's impossible to equate these two attitudes: when you sense that you are alone, it does not mean that you feel inferior, but rather that you feel you are different. Also, a sense of inferiority may sometimes be an illusion, but solitude is a hard fact. We are truly different. And we are truly alone."

(Octavio Paz on The Pachuco and Other Extremes)

3 comments:

fuddyduddy said...

Pasang Quote mbok yo yang mudah dipahami Mbah...
Mumet aku!

Anonymous said...

ya nang.
dan lalu kenapa kalau kita "different" kemudian "alone" ?

-apapun yang TERjadi atau yang DITERjadikan, tidak akan bisa merubah fakta bahwa kita B E D A dan maka itu selalu
S E N D I R I bukan ?-

sering :
-sendiri itu i n d a h
-sendiri itu s e b a i k b a i k
k e s e m p a t a n

Nanang Musha said...

: Boh

Aku masang itu biar kamu nyari bukunya di Azbakeya kok. Sumpah ada, aku pernah lihat. Oia, yen nemu Tolstoy mbok ditebus dhisik bung. Mengko tak ijoli.

: Hen
Pada dasarnya manusia itu makhluk yang mendambakan kesamaan. Ketidaksamaan pada diri orang lain, kata Simmel, kerap melahirkan dikotomi aku-kamu, kita-mereka. Gender, status sosial, hobi, agama; adalah sebagian contoh di mana ketidaksamaan bisa menjadi pemicu munculnya persepsi bahwa yang tidak sama bukanlah bagian dari aku. Sementara mereka yang sama mendapat ruang untuk bersinggungan dan menjadi bagian dari aku (baca: menjadi kita).

Nah, semakin banyak ketidaksamaan itu, semakin besarlah jarak antara aku dan dia. Di episode Spongebob itu kan pernah si Sandy dicela oleh Spongebob dkk hanya karena dia binatang darat yang ga bisa bernapas dalam air. Padahal kurang apa coba upaya Sandy untuk menjadi bagian dari Bikini Bottom? Dia memakai baju astronot, bikin rumah akuarium kedap air tapi juga nyediain mangkok berisi air biar Patrick dan Spongebob ga seseg napas saat berkunjung? Sandy dicela hanya karena dia berbeda, lalu dia merasa sendirian. Itu saja.

Beda itu biasa. Hanya persepsi atas perbedaan itu yg menurutku kudu dikaji ulang. Soal kesendirian, menurutku ya biasa. Kecuali mereka yang lahir kembar, kita pernah benar-benar sendirian dalam rahim.

Bonus: atas dasar itulah manusia, menurut Paz di buku itu juga, melakukan proses "in search for communion". Emang sih, kehidupan homo urbanus seperti yg kita alami sekarang semakin mengkaburkan gejala pencarian tadi. Yg nyata ya zaman manusia berburu-meramu dulu; sendiri berarti lapar, sakit, mati. Hehehe...