Rasanya menyenangkan ya kalau kita selalu benar?
Seperti Dhani yang selalu benar. Setidaknya, dia berfikir begitu. Entah saat tebak-tebakan atau urutan memasukkan bumbu saat memasak, Dhani pasti tahu. Saat teman-teman menantangnya untuk memecahkan suatu masalah, semua masalah, ia pasti mempunyai tawaran solusi. Jika ada yang punya alternatif lain, ia akan bertanya kenapa yang bersangkutan tak menyetujui solusi yang ia tawarkan. Dia berargumen, panjang, hingga orang lain terjebak dalam inkonsistensi. Pertanyaan susulannya serupa yang digunakan Jaksa Penuntut Umum kepada tersangka, agar si tersangka tersudut dan mengakui kesalahan.
Dan Dhani hampir selalu menang. Ia hampir selalu berhasil membuat lawan bicaranya merasa kalah dan terpojok. Problemnya, lawan bicara Dhani bukan tersangka di pengadilan namun kawan atau orang-orang terkasihnya yang berlainan pendapat. Akhirnya, sebagian kawan menganggap berbeda pendapat dengan Dhani tak ada gunanya. Sebagian malah lebih parah lagi, merasa percuma bicara dengan Dhani karena tak pernah bisa menebak kapan suatu tema bisa menyulut kontroversi.
Dhani memenangkan semua pertempuran (battle) kecil. Namun menurutku ia kalah dalam perang (war). Mungkin ia tak menyadari itu, sebelum semua orang-orang terdekatnya memilih pergi. Dan kemungkinan juga ia tak peduli jika itu benar-benar terjadi. Toh ia selalu benar bukan?
Omong-omong, jangan bilang-bilang Dhani ya kalau saya menulis ini?
1 comment:
mengapa namanya yang tertulis dhani? menyiratkan si empunya nama berwatak keras dan ingin selalu benar. 4 huruf terakhir dari namaku. Tanpa 'h' tentunya.
Post a Comment