Ketika jalanan terlalu padat oleh keseragaman kita harus bergerak. Mewarnai, atau bahkan menciptakan lorong-lorong baru. Kita tidak sedang berbicara tentang anti-kemapanan atau melawan mainstream. Tidak. Sama sekali tidak. Lorong baru diperlukan bukan untuk memberontak, melawan arus dengan bergerak. Sama sekali bukan. Kita memerlukan lorong baru semata-mata untuk menjaga kesadaran manusia. Sama itu wajar, namun menganggap keseragaman sebagai kewajiban adalah salah. Betapa tidak, perbedaan adalah hukum alam (dalam bahasa lain: Sunnatullah) yang tidak bisa digugat. Sejarah mencatat bahwa beda itu biasa. Justru ketika semuanya sama dan seragam maka kita patut mempertanyakan. Ada apa?
Kita tidak sedang mencurigai ada apa dibalik arus utama. Hanya ingin bersikap kritis dan menjaga kesadaran kita. Apa salahnya jika sesekali bertanya: ada apa? Apa salahnya jika sesekali mengkritisi: jangan-jangan ada sesuatu dibalik ini.
Kita harus mengakui bahwa selama ini telah dicekoki homogenisasi. Kita tidak lagi terbiasa untuk berbeda. Kita tidak lagi berani berkata tidak untuk apa yang kita tolak. Kita terlalu pengecut. Diam dan melarikan diri. Anjing!!
Sekali lagi, kita harus bergerak untuk menjaga kesadaran manusia. Bahwa dalam kondisi tertentu keseragaman bukanlah kewajiban. Betapapun sulitnya untuk memulai, setidaknya kita punya mimpi yang diyakini bahwa berbeda tak selamanya dosa.
No comments:
Post a Comment