Kemarin aku menerima surat dari seorang kawan yang kebetulan seorang jurnalis. "Hidup itu seperti ransel bagi seorang backpacker. Kamu harus selalu membawanya kemana pun kamu pergi." Demikian tulisnya. Dan aku tahu itu, seperti halnya aku tahu bahwa dalam menata bekal, barang-barang yang kiranya tak kita butuhkan diletakkan paling bawah sementara yang bakal kita perlukan ditempatkan di atas atau di kantong depan.
Dan aku juga tahu, di tengah perjalanan seorang pejalan perlu berhenti sejenak untuk menata ulang dan melihat isi ranselnya. Barangkali yang tersimpan di bagian dalam perlu dipindahkan ke bagian atas atau sebaliknya. Barangkali masih ada barang-barang yang terbawa tapi sebenarnya tak lagi ia butuhkan. Lalu terkadang pula ia harus meninggalkan sesuatu untuk memudahkan perjalanan.
Begitu pula hidup manusia. Beban-beban yang membuat langkah menjadi berat selayaknya kita tinggalkan. Yang terbawa kemudian hanyalah apa yang membuahkan kemajuan.
Maka kawan, maafkanlah jika beberapa pekan terakhir aku menghilang sejenak dari ruang ini. Banyaknya beban yang aku tanggung membuat langkahku semakin berat saja. Sebab itu aku merasa perlu menata ulang ransel hidupku. Menimbang ulang apa yang hendak aku bawa mana yang hendak aku tinggalkan. Dan proses itu masih berjalan, sampai detik ini. Tak pasti kapan selesai; entah sehari, seminggu, sebulan, atau bahkan berbilang tahun.
Maka maafkan, jika nanti tak terlalu banyak yang bisa aku ceritakan di ruang ini. Semoga kalian masih sudi mengirimkan doa untukku meski aku hanya sesekali meluangkan waktu untuk menyebut nama kalian dalam doaku.
2 comments:
yaw..satu saat mungkin memang harus kita delete file2 yang tidak berguna itu..tapi jangan salahkan diri ketika satu saat itu justru file yang pernah kita rasa tidak berguna itu ternyata dibutuhkan...
tes
Post a Comment